ngobrol yuk.........

Rabu, Desember 09, 2009

Diposting oleh zousider

Oleh I Wayan “Gendo” Suardana
“Superman Is Dead (S.I.D) menginspirasi dan mengajarkan kami tentang indahnya
perbedaan dan untuk menghormati keberagaman!” Kurang lebih itulah pendapat
salah seorang penonton yang hadir dalam gig semalam (12/3/09) di salah satu
pusat hiburan di bilangan Jakarta Pusat. Pernyataan secara terbuka yang
diucapkan dalam sebuah panggung “glam” peluncuran album baru S.I.D yang
bertajuk Angels & the OutSIDers.
Damn! Saya tersentak dengan pernyataan tersebut. Pernyataan yang sudah sangat
lama saya nanti-nantikan tiba-tiba terdengar langsung oleh telinga saya. Mungkin
banyak orang yang akan bertanya-tanya, apa istimewanya komentar tersebut?
Sehingga harus membuat tersentak? Bukankah pendapat-pendapat seperti itu
sudah biasa diucapkan? Lalu apa yang menjadi luar biasa?
Pertanyaan dan pernyataan seperti itu seolah-oleh beruntun menerjang kepala
saya, seraya berusaha menjelaskannya. Pendapat seperti itu, tidak akan menjadi
luar biasa apabila disampaikan untuk para pegiat kemanusiaan atau untuk
kelompok-kelompok yang memang aktivitas mereka ada di wilayah perjuangan
pluralisme. Namun tidak demikian apabila ucapan itu didedikasikan untuk S.I.D.
Dengan latar belakang “glamour”, tampilan ala punker, musik cadas, dan segala
atribut “gaul” yang disandang oleh grup band ini, seolah-olah mereka adalah tiga
“berandal” yang hanya bermusik dan larut dalam kehidupan glamour. Rambut
spiky, rantai bergelantungan di pinggang, berbusana gaul nan glamour tidaklah
cukup menggambarkan ketepatan dari penyataan di awal tulisan ini. Betapa ketiga
pemuda ini jauh dari kategori kelompok yang peduli dengan keadaan sekitar.
Ditambah lagi tangan yang tiada henti memegang botol minuman beralkohol,
semakin menjauhkan cap pemuda yang mempunyai kepedulian terhadap
kehidupan sosial. Belum lagi bila kita menengok ke belakang atas perjalanan grup
band ini yang sempat dipenuhi dengan tuduhan rasis dan diskriminatif,
menyebabkan S.I.D. sempat terpuruk dalam tuduhan-tuduhan rasis. Tentu saja
keadaan ini kerap membuat roh lagu mereka menjadi hilang dan terkubur dalam
“judge” glamour, rasis, dan anti sosial. Aktivitas-aktivitas mereka untuk kampanye
kemanusiaan, kesetaraan, pluralisme menjadi sirna begitu saja.
Antara Glam dan Kemanusiaan
Sepanjang pengetahuan saya, SID baik sebagai sebuah grup band maupun individuindividunya
adalah salah satu grup band yang cukup aktif dalam melakukan
kegiatan-kegiatan kemanusiaan, tentunya yang paling sering adalah melakukan
kampanye pluralisme, kemanusiaan dan juga lingkungan. Tidak sebatas hanya
datang dan bermain musik, bahkan terlibat langsung dalam pengadaan kampanye
termasuk memobilisasi resource untuk menggelar kampanye musik.
Komitmen mereka atas kemanusiaan, pluralisme, lingkungan tergambar pula
secara kuat dalam lagu-lagu mereka. Dapat dicatat bahwa hampir dalam setiap
album yang dirilis oleh SID terdapat tema-tema lagu yang mengedepankan
persaudaraan, kesetaraan, pluralisme. Kita vs Mereka, Marah Bumi, Citra O.D
bahkan dalam album terbarunya terdapat pesan untuk menjaga semangat
keberagaman yang tercermin dalam lagu “Kuat Kita Bersinar”.
Dalam setiap mereka penampilannya, tak henti-hentinya mengingatkan penonton
yang ada di depan mereka untuk menghargai setiap perbedaan. Kadangkala oleh
Bobby dengan mimik serius bak orator, atau kadang dengan guyonan “jorok” ala
Eka Rock yang mengundang tawa tapi sarat dengan pesan indahnya keberagaman.
“Akh, itu hal yang biasa kali, namanya juga cari popularitas,” begitu kira-kira
pendapat yang muncul bila kita menelaah S.I.D dan sisi humanismenya. Namun
pendapat itu menjadi keliru bila menyimak perjalanan kreativitas para personel
S.I.D di kala mereka belum terkenal seperti sekarang. Cukup susah mengatakan
bahwa tema lagu mereka tentang kemanusiaan, kesetaraan dan pluralisme, adalah
sebatas lagu panggung. Sebatas untaian kata yang hanya diteriakan di panggungpanggung
lalu hilang dan lepas tak bermakna di dalam kehidupan mereka di luar
panggung. Atau sangat berat rasanya mengatakan, bahwa pesan-pesan mereka
adalah pesan semu yang hanya untuk gagah-gagahan di atas panggung.
Lekat dalam ingatan saya bagaimana S.I.D termasuk salah satu band menyisihkan
energinya untuk kegiatan-kegiatan jalanan terutama pada tahun 1998 di mana
euforia reformasi sedang masak-masaknya. Aksi massa di kampus-kampus sedang
marak, diskusi informal merebak tiap saat dan di situlah beberapakali terlibat pula
pemuda-pemuda ini.
Mereka bergabung dalam setiap aktivitas, mengeluarkan “merchandise” dalam
bentuk stiker-stiker. Bukan stiker gaul atau stiker yang beraroma dunia glam tapi
“merchandice” yang berbau kampanye gerakan. Tercatat dalam ingatan saya,
berbagai stiker sarkas dengan tulisan; “Sohardto F**k”, atau maaf” Tutut Titit”
yang sesuai kehendak zaman pada saat itu. Mungkin seseuatu hal yang kecil, tetapi
sarat akan makna kepedulian mereka dengan kondisi sosial.
Di tengah lagu-lagu mereka yang sekilas terkesan mengumbar tema glam, S.ID
adalah salah satu band di Bali yang selalu siap tampil dalam acara-acara charity
untuk kemanusiaan. Mungkin puluhan kali bahkan lebih, grup band ini terlibat
secara aktif dalam pagelaran sosial tanpa bayaran. Tercatat S.I.D tampil dalam
penggalangan dana untuk kemanusiaan pada saat bencana tsunami Aceh dan
bencana gempa Jogjakarta. Bukan hanya sebatas tampil memikan musiknya, tapi
juga peran Jerinx (drummer S.I.D) sebagai pengagas ide terutama dalam Pagelaran
Kemanusiaan untuk bencana gempa Jogjakarta.
Demikian pula dalam hal perjuangan atas pluralisme dan keberagaman, S.I.D
adalah Band yang terlibat pula secara aktif dalam kampanye penolakan RUU APP
dari sejak dikumandangkan tahun 2006 sampai 2008. Tidak melulu aksi panggung
tapi pemuda-pemuda ini juga terlibat dalam aksi-aksi jalanan. Menggarap
roadshow musik untuk mengampanyekan, betapa berbahanya RUU APP dalam
ranah Bhinekka Tunggal Ika. Betapa RUU APP mengancam sendi-sendi
keberagaman dan berujung terancamnya nilai-nilai dan hakikat kemanusiaan.
Tema lagu kemanusiaan termanifestasikan dalam bentuk praktik-praktik S.I.D.
Nilai universal kemanusiaan, menjadi lakon yang tidak bisa dinafikan begitu saja
dari S.I.D. Kita masih ingat bagaimana agresi USA terhadap negara Irak? Di tengah
kondisi sentimentil yang berkembang atas dunia Islam, S.I.D justru tampil dan
keluar dari sentimentil itu. Solidaritas kemanusiaan adalah universal dan
menembus batas tanpa memandang warna kulit, jenis kelamin, agama, suku,
bangsa. Ini terwujudkan dalam pagelaran musik bertajuk “Stop War”, sebuah
pagelaran musik untuk menentang agresi USA ke negara-negara Timur Tengah.
Apakah sebatas datang dan tampil dan menyanyi? Oh, tidak! S.I.D hadir dari
menggagas ide, menyiapkan rencana kegiatan, mendesain propaganda dan
mengumpulkan band-band untuk tampil bahkan sampai teknis acara. Itulah sekian
banyak aktivitas dan praktek-praktek S.I.D yang menunjukan keselarasan antara
tema lagu dengan praktik kehidupan nyata mereka.
Di tangan mereka, dunia “glam” menjadi tidak sebatas hura-hura dan dentingan
sulang gelas dan botol alkohol . Dunia “glam saat ini menjadi dunia yang sarat
dengan upaya penyadaran akan nilai-nilai kemanusiaan, keberagaman, keseteraan
dan perdamaian. Pesan-pesan yang secara termaktub dalam lagu-lagu mereka,
terpropagandakan dalam “orasi-orasi panggung” dan mampu membangunkan
kesadaran orang-orang akan arti penting dari nilai-nilai itu. Minimal di tingkatan
penggemar mereka a.k.a outSIDers. Mampu meretas perbedaan sempit yang
selama ini dikonstruksi oleh negara atas sekat-sekat suku, agama, ras, jenis
kelamin, kebangsaan dll.
Lalu seberapa pentingkah ucapan penonton yang saya sampaikan di awal tulisan
ini? Buat saya pernyataan itu sangat istimewa. Inilah pertamakalinya saya
mendengar “pengakuan” atas aktivitas-aktivitas S.I.D yang sesungguhnya tidak
pernah lepas dari dinamika sosial. Setidaknya ada satu orang yang tersadarkan atas
kampanye dan propaganda lagu S.I.D selama ini. Bahkan bisa saja mewakili
puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang lainnya. Sehingga judge fatalis (rasis, anti
sosial) terkubur seiiring waktu.
Di tengah krisisnya bangsa ini akan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan,
dengan bergelimang manusia-manusia berperilaku primitif dan berpikiran sempit
nan membosankan, S.I.D tampil sebagai oase yang memberikan secercah harapan.
Semestinya orang-orang yang selalu bertampilan necis, berjas rapi, mengaku orang
terhormat merasa malu karena justru pesan-pesan kemanusiaan, anti diskriminasi,
kesetaraan keluar dari mulut “berandal-berandal” ini.
Semoga tetep konsisten, mari ciptakan dunia baru tanpa diskriminasi. S.I.D
“glam”mu kami tunggu seiiring dengan laju sepeda “lowrider” yang mengilhami
orang untuk mencintai lingkungan.

……Dan kau sahabatku, mari kita bersulang!
Jakarta, 14 Maret 2009


Sudah cukup jelas kawan2 OSD kebumen mari kita junjung tinggi keberagaman,hormati setiap perbedaan dan nulai2 kemanusiaan...cintai juga lingkungan kita sebagai warisan anak cucu kita dan para generasi outsiders kebumen berikutnya...jagalah kebersihan tempat gathering kita....walaupun terkesan kita adalah "brandal-brandal" tapi tunjukan pada mereka bahwa kita cinta damai dan SAY NO TO DRUG...Cheersss...


Zousider kamtis
Gombong, 09 Desember 2009

0 komentar:

Posting Komentar